Barangkali, kalau Sultan Hadiwijaya berhasil menumpas Panembahan Senopati yang dianggap mbalelo, Mataram Islam tak akan pernah berdiri. Tidak akan ada Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta seperti yang kita saksikan sekarang. Lebih jauh dari itu, Panembahan Senopati akan tercatat sebagai seorang penghianat. Seorang pemberontak. Alih-alih sebagai raja pertama Mataram Islam yang bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah.
Barangkali, kalau Jenderal George Washington tidak berhasil dalam memimpin kaum revolusioner melawan tentara Inggris pada 19 April 1775, tidak akan pernah ada yang namanya kota Washington D.C., berikut negara yang memproklamirkan diri sebagai Polisi Dunia itu. Lebih jauh dari itu, Inggris akan mengumumkan ke dunia bahwa pada masa lalu pernah ada seorang pecundang kecil bernama George di salah satu wilayah kolonialnya. Hanya itu.
Barangkali, khilafah Islamiyah masih berdiri kokoh sampai saat ini. Seandainya Ghazi Mustafa Kemal Pasha gagal mengorganisir gerakan-gerakan “Kuva-i Milliye” (Angkatan Nasional) sehingga kemudian memenangi Perang Kemerdekaan Turki. Yang bersangkutan kemudian mengubah nama menjadi Mustafa Kemal Attaturk, seorang Bapak Turki. The Founding Father. Seandainya pemberontakan perjuangan itu gagal, tentu cap pecundang bakal melekat di sepanjang hayat dan nisannya.
Barangkali, Kay Rala Xanana Gusmao tidak akan berhasil menjadi Presiden, jika TNI berhasil menumpas pemberontakan pro kemerdekaan Timor Timur. Kehidupan Xanana Gusmao kemungkinan berakhir di penjara pengasingan di salah satu dari 17 ribuan pulau terpencil di negeri ini. Sebaliknya, Eurico Barros Gomes Guterres, sebagai tokoh pro integrasi, bisa jadi sudah menjadi Gubernur Provinsi Timor Timur saat ini.
Barangkali, seandainya PKI berhasil “membebaskan” Indonesia menjadi Negara Komunis “Merdeka”, mungkin saja tanggal kemerdekaan negeri ini adalah 30 September atau sekitarnya. Dan bukan tidak mungkin, jasad Dipa Nusantara Aidit disemayamkan di TMP Kalibata di tempat terhormat. Alih-alih nasibnya sekarang: tidak diketahui di mana jasad dan kuburannya.
Barangkali, jika PRRI Permesta yang dimotori Syafruddin Prawiranegara dan M. Natsir berhasil menyelamatkan posisi Indonesia dengan gemilang, cerita sejarah negeri tercinta ini akan berbeda. Soekarno-Hatta tetaplah founding fathers, tetapi M. Natsir tentu akan memegang peranan jauh lebih penting terhadap nusantara. M. Natsir_seorang tokoh yang hanif sampai akhir hayatnya itu_tidak akan membutuhkan waktu sampai dengan 15 tahun hanya untuk dinobatkan sebagai pahlawan nasional sejak meninggal pada 6 Februari 1993 lalu.
Barangkali, Kartosuwiryo akan menjadi Founding Father Indonesia jika proklamasinya pada tanggal 15 Agustus 1945 tidak ditarik demi mendengar proklamasi Soekarno-Hatta dua hari kemudian. Karena kecewa dengan RI, akhirnya Kartosuwiryo memproklamirkan NII kembali pada 17 Agustus 1949. Barangkali, ini juga akan menjadi tanggal bersejarah bagi seluruh negeri jika “pemberontakan” tersebut tidak berhasil ditumpas dengan operasi Pagar Betis.
Begitulah. Pahlawan atau pecundang, menurut saya hanya masalah sudut pandang. Seorang pejuang akan disebut EL Libertador (Sang Pembebas), jika perjuangannya sukses. Atau, yang diperjuangkan eksis sampai saat ini. Sebaliknya, seorang pejuang akan menjadi Dissidenti (penghianat), jika perjuangannya gagal. Atau, lawan perjuangannya adalah pihak yang eksis sampai saat ini.
Pada zaman dahulu, kita selalu mendapat informasi asimetrik yang didapat dari buku sejarah. Semua informasi sejarah tersebut sudah by design untuk bermuara pada satu kalimat simpulan. Itulah cara untuk mengarahkan generasi masa depan bagaimana membedakan mana pahlawan, mana pecundang.
Kini, yang memainkan peranan penting adalah media. Bagaimana kita tahu dahsyatnya perang hegemoni media yang dilakukan Amerika untuk meyakinkan dunia internasional, bahwa teroris itu adalah Osama bin Muhammad bin Laden. Bahwa teroris itu kebanyakan seorang muslim, tentu dengan mudah dikatakan: hanya kebetulan.
Bahwa dengan pengumuman resmi Presiden Obama tentang terbunuhnya Osama saat ini, setelah diburu sejak satu dekade lalu akibat peristiwa 11/9_yang masih kontroversial, terutama bagi para konspiratus_maka dunia layak bersuka cita. Warga Amerika dan berbagai belahan dunia berpesta demi mendengar kabar kematian ini. Pesan simpelnya adalah: kita aman!
Benarkah kita aman? Bagaimana dengan Irak setelah “dibebaskan” oleh Amerika dari Saddam Husein? Bagaimana Afghanistan setelah “ditolong” Amerika dari “pemberontak” Taliban? Bagaimana nasib Mesir setelah revolusinya? Bagaimana masa depan Libya, Sudan, Yaman, Bahrain??? Apakah mereka aman? Mari kita tanya pada tangki-tangki minyak yang bergoyang…hehe
Pahlawan atau pecundang? Saya percaya haruslah ada info obyektif dan meyakinkan untuk menilai itu. Akan lebih baik jika kita sedekat mungkin dengan tokoh itu, sehingga kita benar-benar tahu layak disebut apa dia. Dekat dengan pemikirannya, gerak geriknya, bahkan fisiknya. Tidak mudah? Iya. Namun jangan lupa, ada satu senjata pamungkas sebenarnya untuk memutuskan penilaian. Yaitu, nurani. Tanyakan pada nuranimu, dan itulah jawabannya.
Valid? Wallahu a’lam. Alloh Maha Tahu.
Sumber gambar: studyintensiveplus.blogspot.com, vhrmedia.org, hiphopisread.com
[Abi]
Mungkin karena itulah dalam bahasa inggris, sejarah disebut dengan “HISTORY” yang saya sendiri suka plesetkan menjadi “HIS STORY”, kata HIS mengacu kepada pemenang… Karena dalam sejarah umat manusia, biasanya pemenang selalu benar…
yup His Story jadi subyektif ya Kang Kelik???
Salam Takzim
Sedjarah yang panjang tertulis agar kita bangkit, terima kasih gan
Salam takzim Batavusqu
Mari bangkit! terima kasih juga gan
Salam Takzim
hehehe sepertinya ga enak gan_gan nan, saya panggil ibu aja ya
Terimakasih bu sudah berkenan mambawa award yang diberikan, semoga dapat ditebar dan dipajang
Salam Takzim Batavusqu
hehe…monggo om batavusqu…silakan…
Ini blog suami istri..panggil saja harestya…
mantabs kalau kompak seperti ini
nice post bro, Obama is loser klo kita ngelihat keadaan ekonomi Amerika yang masih terus terpuruk, bahkan ada negara Bagian/kota di US sudah mengaku bangkrut. Mungkin saja isu kematian Osama untuk mendongkrak “trust economy” sayangnya … isu Osama mati gak berdampak positif pada index dow jones
yup..bisa jadi demikian bro
menjadi pahlawan atau pecundang…tentu kita lebih memilih menjadi pahlawan ya…tp bagi para pecundang (sebutan yg kejam..) atau pahlawan tetep saja mereka telah melakukan sesuatu untuk pemikirannya…lalu bgm dg kita…???inspirasi menarik bi…
nah…bagaimana dg kita? *pertanyaan bagus puteri
Kalau tentang siapa pahlawan dan siapa pecundang, mungkin saya tidak bisa menentukannya dengan tepat dan cepat. Mungkin si pahlawan para aparat yang keparat itu dan si pecundangnya Osama (saya rasa Osama yang pantas jadi pahlawan).
hehe..mungkin saja
mau jadi pahlawan atau pecundang yang penting adalah kebenaran dan keadilan yang dia tegakkan. waktu yang akan membuktikan.
iya. waktu yg akan membuktikan. setuju bgt. kalo gak di dunia, ya waktu di akhirat y? hehe
pahlawan keluarga setidaknya, Bro…
😀
benul bangets tuh
Fakta-fakta sejarah yang menarik untuk dikupas, dengan segala kemungkinan yang terjadi sekarang. Siapa pahlawan, siapa pecundang, sepertinya hanya permainan hidup yang tergantung dari segi mana setiap individu melihatnya. Menarik.
Salam Kreatif 🙂
permainan hidup…sandiwara ya mas..
Salam kreatif,
Keluarga Harestya
artikel ini bagus, apakah kebetulan? Oh tidak bisa! *Sule mode on
Oh…tidak bisa! Aja nesu! Aja….haha
hal2 seperti ini bakal jadi sejarah. dan anehnya, gak sejarah nasional saja, sejarah internasional pun dibelokan oleh penguasa.
Padaha; kalo sejarah sudah jujur,,,,sebenarny gak perlu lagi penjelasan apapun ya pak guru?
ini akan menjadi sejarah. heran. sejarah selalu dibuat merah. tak berarah, dibuat sesuai penguasa. gak nasional, sejarah internasional pun demikian.
Pahlawan atau pecundang? Kisah tokoh ini telah tamat. Dan akan muncul kisah trailer semangat dalam versi yang lebih baru lagi. Allah tahu yang terbaik bagi hamba-Nya.
Selalu. Sejarah itu berulang.
yang membedakan antara “Pahlawan” dan “Pecundang” hanyalah antara keberhasilan atau kegagalan. sebab jika dia berhasil maka diakan dikatakan sebagai “Pahlawan”, sedangkan yang kalah akan dikatakan sebagai “Pecundang”. itulah realita kehidupan saat ini.
Yup^_^
Saya rasa tidak ada yang menjadi pecundang soalnya untuk kemenangan bersama
bisa jadi kang
saya jadi teringat buku MENCARI PAHLAWAN INDONESIA karya Anis Matta. 🙂
wah..saya belum pernah baca tuh
Salam Takzim
Kembali hadir menghangatkan persahabatan, saya baru paham kalau pecundang itu lawan katanya pahlawan. Saya pilih apa ya
Salam Takzim batavusqu
bukan antonim jg pakde…hanya versi sudut pandang sempit di artikel ini..
Salam takzim
ada baiknya juga kita mengingat masa lalu, dalam sejarah akan membawa kita teringat waktu lampau. jangan pandang pecundang maupun pahlawan. yang memberikan yang terbaik adalah segalanya.so….artikel yang bagus sobat
siap, sobat,,,
Sejarah ditulis oleh rezim penguasa. dan kekuasan itu pencemburu. saya tertarik dengan kalimat :
“Benarkah kita aman? Bagaimana dengan Irak setelah “dibebaskan” oleh Amerika dari Saddam Husein? Bagaimana Afghanistan setelah “ditolong” Amerika dari “pemberontak” Taliban? Bagaimana nasib Mesir setelah revolusinya? Bagaimana masa depan Libya, Sudan, Yaman, Bahrain??? Apakah mereka aman?”
Apapun artinya itu, kita harus pandai menghadapi musuh-musuh kita sebenarnya. dan musuh-musuh ini hampir menguasai seluruh media. Sepertinya saya tidak yakin bahwa kebenaran akan selalu terlihat di permukaan.. tapi pastinya becik ketitik olo ketoro..
salam
http://atmokanjeng.wordpress.com/
Yang jelas bukan becik ketitik olo rupamu kan mas>>>>??? hehe,,teringat kaos2 daga*u jogja…
salaam…
alhamdulillah bisa silaturahim kemari lagi.. 😀
pahlawan atau pecundang??? ikut yg bener aja deh…
yg penting bisa berbuat baik kepada sesama…
salaam
Salam masbrur…
Akhirnya tampil lagi…
bahasannya sedikit berat untuk otak saya yang pas-pasan ini. hehhee
pahlawan atau pecundang? entahlah. masing2 orang punya pendapatnya sendiri, dan emang butuh banget pendapat objektif, tapi ya susah untuk dapet pendapat objektif itu. waallahu a’lam
setuju dengan Putriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii 😳
Inspiring post… ^_^b
Kata ‘pahlawan’ dan ‘pecundang’ memang persis seperti pisau bermata dua. Semua tergantung dari perspektif ‘penonton’ yang -menurut saya- sangat jauuuuh dari objektif…
Buat saya sendiri, pahlawan itu siapa saja yang mengusahakan kebaikan & perbaikan, baik itu bagi personal maupun kelompok.
Dan ternyata memang kata ‘pahlawan’ sendiri berasal dari bahasa Sansekerta “phala-wan” yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama.
So, mari bersama membentuk diri kita menjadi seorang pahlawan.. ^o^9
pahlawan bisa disebut pecundang sama lawan dan pecundang bisa disebut pahlawan sama teman. pahlawan adalah jalan kebenaran. salam kenal mas
numpang mampir…salam kenal…
bilang aja pada ga rela sama kematian osama…jelas2 dia itu fuckk
pahlawan,atau pecundang bukan satu kebetulan,atau kuatnya propoganda,dan propokasi,tetapi satu kekuatan sejati,dan haqiqi,ketika dikubur,dn kebangkitannya
“History is written by the victors.” Winston Churchill
nice article gan 🙂